Kamis, 21 Maret 2013

Pentinya Pendidikan Berkarakter


Pentinya Pendidikan Berkarakter
oleh: Dewa Putu Gede Ardana, S.Pd
Ketika anak-anak sekolah hobi tawuran hingga baku bunuh; di saat anak-anak remaja kecanduan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba); manakala kasus perkosaan biasa menimpa remaja wanita bahkan anak-anak dibawah umur, orang lalu bertanya salah siapa?
Jika orang mencari kesalahan tuduhan pertama tentu mengarah pada pendidikan sekolah. Tapi pihak sekolah pasti akan mengkritik pendidikan orang tua. Orang tua pun merasa tidak berdaya melawan pengaruh kehidupan masyarakat yang rusak. Seperti sebuah lingkaran, orang tidak segera menemukan sebab awalnya.
Kini solusi yang ditawarkan adalah pendidikan karakter (character education) yang dibebankan ke pundak sekolah. Di Amerika pendidikan ini sebenarnya bukan hal baru. Sebelum terjadi hura hara kekerasan di sekolah-sekolah Amerika, Horce Mann, tokoh pendidikan Amerika, sudah mendukung dan mengarahkan adanya program pendidikan karakter di sekolah. Tapi ia bersama tokoh pendidikan abad 20 ragu pendidikan karakter ini akan mengarah pendidikan moral. Sebab moral biasanya dikaitkan dengan keluarga dan gereja.
Meski dikhawatirkan menjadi pendidikan moral atau agama, tapi pada tahun 1980 dan 1990an pendidikan karakter di Amerika memperoleh perhatian kembali. Menurut Vessels, G. G  ini untuk pencegahan dekadensi moral (Character and community development: A school lanning and teacher training handbook, 1998,  hal.5). Tapi menurut Beach, W dan Lickona, T., ini bukan hanya mencegah tapi sudah harus memperbaiki moral yang sudah merosot. (Lihat Beach, W. Ethical education in American public schools. Lickona, T. (1991). Educating for character: How our schools can teach respect and responsibility).
Tapi karena inisiatif solusi ini tidak datang dari pendidik, penekanannya hanya pada perilaku standar dan kebiasaan yang positif. Perhatian kembali ini didukung oleh para politisi dan pemimpin Negara. Clinton, misalnya mengadakan lima konferensi tentang pendidikan karakter. Dilanjutkan oleh George W Bush yang menjadikan pendidikan karakter sebagai fokus utama dalam agenda reformasi pendidikan.
Tapi apa itu pendidikan karakter itu? Lockwood, A. T mengartikan pendidikan karakter sebagai program sekolah, untuk membentuk anak-anak muda secara sistematis dengan nilai-nilai yang diyakini dapat mengubah perilaku mereka.  (Lockwood, A. T. Character education: Controversy and consensus 1997, hal. 5-6).  Namun secara luas diartikan pula sebagai penanaman sifat sopan, sehat, kritis, dan sikap-sikap sosial seperti kewarganegaraan yang dapat diterima masyarakat.
Kekhawatiran Horace Mann terbukti. Pendidikan karakter dianggap sama dengan pendidikan moral atau sekurangnya mirip. Maka para penganut Protestan di Amerika segera mencium bau pendidikan moral dalam pendidikan karakter ini. Mereka pun protes. Ini mereka anggap sebagai penjelmaan dari program pendidikan agama dan nilai yang dianggap telah gagal di masa lalu.
Untuk itu arti pendidikan moral mulai dikaburkan dari nilai-nilai agama dan diartikan sebagai upaya sadar untuk membantu orang lain mencari pengetahuan, skill, tingkah laku, dan nilai untuk kepentingan pribadi dan sosial (Kirschenbaum, 100 ways to enhance values and morality in school and youth settings).
Tapi istilah dan konsep pendidikan karakter pun bukan tanpa masalah. Apa yang disebut baik dan perilaku baik itu di Barat relatif. Nilai baik buruk berubah seiring dengan perubahan kehidupan. Akhirnya pendidikan bukan untuk menanamkan nilai, tapi menggali nilai-nilai yang sesuai dengan nilai mereka yang boleh jadi bersifat lokal.  Di Amerika karakter yang ditanamkan di sekolah sesuai dengan latar belakang dan perkembangan sosial dan ekonomi mereka sendiri.
Di Amerika isu sentralnya adalah nilai-nilai feminisme, liberalisme, pluralisme, demokrasi, humanisme dan sebagainya.  Maka arah pendidikan karakter di sana adalah untuk mencetak sumber daya manusia yang pro gender, liberal, pluralis, demokratis, humanis agar sejalan dengan tuntutan sosial, ekonomi, dan politik di Amerika. Tapi herannya mengapa di Indonesia yang problemnya berbeda mesti harus menanamkan nilai-nilai dari negara asing?
Berhasilkah pendidikan karakter ini menyelesaikan masalah bangsa Amerika? Ternyata tidak. Pada tahun 2007 Kementerian Pendidikan Amerika Serikat melaporkan bahwa mayoritas pendidikan karakter telah gagal meningkatkan efektifitasnya.  Bulan oktober 2010 sebuah penelitian menemukan bahwa program pendidikan karakter di sekolah-sekolah tidak dapat memperbaiki perilaku pelajar atau meningkatkan prestasi akademik.
Ternyata dibalik itu terdapat beberapa masalah. Pertama tidak ada kesepakatan dari konseptor dan programmer pendidikan karakter tentang nilai-nilai karakter apa yang bisa diterima bersama. Karakter kejujuran, kebaikan, kedermawanan, keberanian, kebebasan, keadilan, persamaan, sikap hormat dan sebagainya secara istilah bisa diterima bersama. Namun, ketika dijabarkan secara detail akan berbeda-berbeda dari satu bangsa dengan bangsa lain.
Masalah kedua, ketika harus menentukan tujuan pendidikan karakter terjadi konflik kepentingan antara kepentingan agama dan kepentingan ideologi. Ketiga, konsep karakter masih ambigu karena - merujuk pada wacana para psikolog - masih merupakan campuran antara kepribadian (personality) dan perilaku (behaviour).

TERINDAH DI MATAKU
                                                   
                                          karya dewa negara

Kau Selamanya
Kaulah selamanya
Sebagai pengisi hatiku di jiwa
Sebagai cahaya penerang setiap luka
Kau separuhnya
Dari diriku, menjadi raja nan berkuasa
Membawa hati dalam keindahan istana cinta
Kaulah selamanya
Penuntun langkah, seketika hilang arah
Dan kembali, menjadi jalan yang terbaik
Kau memang nafas
Bila tanpanya, ku akan lepas
Terbang melintas langit tanpa batas
Dan tubuhku, tanpa arti hingga perlahan melemas
Kaulah selamanya
Sebuah janji telah terucap
Tak akan hilang, walau waktu mengubah dunia
Kau sebuah nada
Terdengar syahdu saat dimainkan
Dari gitar-gitar para sang dewa
Yang tercipta, sebagai teman rindu tiada terkira
Kaulah selamanya
Dan tak perlu ragu dengan kata dunia
Dunia adalah sandiwara, dunia terlahir sementara
Bersamalah denganku, dalam akhir abadi surga
pelukan rindu
Aku ditemani segelas teh manis,
bulan selepas gerhana kemarin malam,
hewan-hewan malam
dan kamu..
bercerita tentangmu,,
dipeluknya aku dalam buaian,,
dicumbunya aku,,
bahkan dimanapun aku berada,
kemanapun aku pergi dan kapanpun selagi ada aku,,
dihangatkannya hatiku, diajaknya berangan tentang cinta,,
mengajakku teteskan air mata, tersenyum, tertawa,,
digamitnya sela-sela jemari tanganku,,
diciumnya aku semesra sentuhan embun pagi,,
diselimutinya oleh segala rasa tentang dia dan hanya tentang dia,,
rindu itulah kamu..
kau guncang sendi-sendi hati
sentak batasan-batasan logika
meruntuhkan sekaligus membangun
melayukan, memekarkan
permainkan gejolak hasrat dalam hidup
rindu..
cemburu aku padamu
pada hadirmu di cinta kami
kau peluk erat kasihku seperti
dipeluknya aku..
cepatlah pulang temui cintamu
lalukan batasan,
biar mata menderaikan rasa
pelukan menjelaskan isi hati
genggaman tangan memaparkan apa yang terpahat dalam relung kalbu terdalam
rindu..
jangan pernah pergi dari cinta kami
biarlah kami terus cemburu padamu
saat raga terpisah rentang jarak dan masa
disaat aku dan belahan jiwa sedang tak bersama
jangan pernah lelah cemburukan kami padamu walau nanti cinta kan bersama selamanya
Dimatamu
Dimatamu..
Ada larik-larik puisi terindah
Yang kau tebar lewat nafas , lewat debar , lewat desir darah yang mengalir
Dimatamu..
Bahasa diucapkan namun sulit diterjemahkan
Dimatamu..
Kutemukam kesejukan jiwaku yang gersang

PUISI TERBARU maret 2013


Menangis Dalam Hati

Menangis Dalam Hati
Puisi karya dewa negara

dia putuskan begitu saja hubungan ini
meningalkan bekas luka di hatiku

sungguh ku tak percaya luka yang ia beri
sakit aku terdiam
hanya bisa menahan rasa sakit yang kau sakiti

hati ini aku tak akan melupakan mu
karena kau belahan jiwaku
aku tak bisa hidup tanpamu

hingga kau kembali kepada ku,
namamu terukir jelas di hatiku....


Menari di Menara Langit
                                         Puisi Karya Dewa Negara
Mari menari di menara langit
kita nikmati mega-mega
yang tak lelah terbawa angin
atau goyah oleh pekik halilintar
Mari menari, kawan..
bentangkan sayapmu lebih lebar
agar tinggi bisa kau capai bersama angan
temuiku di atas tepian
lalu, pandanglah sebentar
ragaku ringan menari di antara lekukan awan
hingga saat mata terpejam
hidung ini serasa mencium aroma langit malam